JAKARTA – Ketua Koalisi Petani Bersatu (Kopber Indonesia), Dedi Santoso menduga narasi laporan Tempo berjudul “Poles-Poles Beras Busuk” memiliki muatan kepentingan tertentu, terutama terkait peluang proyek pekerjaan atau kerja sama media di Kementerian Pertanian (Kementan).
Dedi menilai, dugaan tersebut muncul karena Tempo terus-menerus menyudutkan sektor pertanian dan menjadikan isu pertanian sebagai rujakan utama dalam pemberitaan redaksional mereka.
Padahal, menurutnya, proses kerja sama media di Kementan saat ini tengah direformasi besar-besaran melalui penataan tata kelola informasi publik yang lebih transfaran, efisien dan berorientasi pada kebermanfaatan program pertanian.
“Dugaan itu menguat karena saat menteri sebelum Amran, Tempo banyak menulis berita positif. Tapi setelah proyek dihentikan, langsung menyerang Mentan,” katanya.
Lebih jauh, Dedi menilai narasi pembungkaman pers yang kerap diangkat Tempo tidak memiliki dasar kuat. Hal ini diperkuat oleh putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang yang sebelumnya mengabulkan eksepsi Tempo atas gugatan Menteri Pertanian. Putusan tersebut sekaligus menegaskan bahwa tidak ada kebebasan pers yang dikebiri, apalagi dibungkam, seperti yang dinarasikan dalam pemberitaan tersebut.
Dedi berharap seluruh pihak, termasuk media, dapat tetap mengedepankan profesionalitas jurnalistik dan kepentingan publik, bukan orientasi proyek ataupun kepentingan kelompok tertentu. “Media merupakan mitra strategis petani dan pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor pertanian, jangan memiliki muatan tertentu atau kepentingan tertentu,” jelasnya.





































