Neraca Online, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (Pusat PVTPP) Kementan menggelar penandatanganan (MoU) dengan 29 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah (PTMA) yang tergabung dalam Asosiasi Sentra Kekayaan Intelektual (ASKI).
Kegiatan ini berlangsung di Kota Solo, Jawa Tengah dan dihadiri langsung oleh para rektor masing-masing kampus seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta, Univetsitas Muhammadiyah Malang dan juga Kampus-kampus Universitas Muhammadiyah dari luar pulau Jawa.
Data sektor pertanian pada tahun 2025 ini berhasil mencatatkan prestasi gemilang, di mana kontribusi PDB mencapai 13,83 persen dan menjadi penopang utama PDB nasional. Hal ini sejalan dengan Nilai Tukar Petani atau NTP, di mana angkanya tertinggi sepanjang sejarah yaitu 124,36. Demikian juga dengan produksi beras nasional yang mencapai 34 juta ton dengan surplus 4,82 juta ton. Sedangkan cadangan beras pemerintah berada pada posisi tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 4,2 juta ton.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman pada kesempatan sebelumnya menegaskan peran kampus terhadap pengembangan inovasi varietas unggul sangat diperlukan dalam mengimplementasikan visi besar Presiden Prabowo Subianto, yaitu mempercepat swasembada beras dan pangan.
“Inovasi penting dan harus kita kembangkan. Disinilah peran kampus atau perguruan tinggi dibutuhkan agar roda perekonomian bergerak sesuai apa yang kita harapkan,” katanya.
Sekretaris Jenderal Kementan, Ali Jamil mengatakan bahwa kolaborasi pemerintah dengan perguruan tinggi nasional sangat penting guna menghasilkan varietas unggul yang mampu mendongkrak produksi pangan melalui penelitian dan inovasi terbarukan.
“Kolaborasi ini yang harus kita perkuat untuk masa depan pertanian yang lebih baik. Kita tahu, varietas unggul merupakan modal utama bagi kebangkitan pangan Indonesia,” katanya.
Kepala Pusat PVTPP Kementan, Leli Nuryati mengatakan bahwa sejauh ini peran ASKI sangat penting dalam pengembangan inovasi dan hasil riset pertanian nasional. Seperti diketahui, perguruan tinggi Muhammadiyah telah mencatatkan varietasnya sebagai hak PVT, yaitu varietas jarak pagar yang merupakan hasil pemulian Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu, ada juga dua varietas kelapa kopyor hasil dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang juga telah didaftarkan sebagai varietas hasil pemuliaan tanaman.
“Oleh karena itu, penandatangan kerjasama ini adalah langkah strategis sekaligus wujud nyata sinergi antara PVTPP dan perguruan tinggi Muhammadiyah untuk meningkatkan peran dan partisipasi perlindungan varietas tanaman,” ujar Leli, Selasa, 28 Oktober 2025.
Sebagai informasi, salah satu poin penting dalam nota kerjasama ini adalah kegiatan prioritas bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui pendampingan permohonan hak PVT. Namun yang pasti, kegiatan ini sudah sejalan dengan upaya pemerintah dalam mempercepat capaian swasemvada.
Kendati begitu, kontribusi perguruan tinggi dalam pendaftaran Hak PVT masih relatif rendah, yaitu baru mencapai 7 persen dari total permohonan hak PVT nasional.
“Maka itu, kami membuka peluang untuk coaching clinic, kuliah tamu, dan sosialisasi layanan PVTPP agar sivitas akademika semakin memahami mekanisme perlindungan hasil risetnya,” katanya.
Leli mengatakan, pemerintah saat ini juga terus memberikan dukungan kongkrit terhadap varietas tanaman agar semkain bayak yang didaftarkan. Di antaranya adalah kebijakan tarif nol bagi pemohon perguruan tinggi dan lembaga pemerintah, khususnya pada tiga tahun pertama untuk permohonan hak PVT. Kebijakan ini diharapkan semakin mendorong dosen dan peneliti untuk melindungi hasil pemuliaan tanaman yang mereka kembangkan.
“Kami yakin, sinergi antara Pusat PVTPP dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ini akan lahir lebih banyak varietas unggul yang tidak hanya menjadi kebanggaan akademik, tetapi juga membawa manfaat ekonomi dan sosial bagi bangsa Indonesia,” jelasnya.





































