Beranda Ekonomi Peluncuran ASPOWG jadi Harapan Baru untuk Kelestarian Hutan Aceh dan Kawasan Ekosistem...

Peluncuran ASPOWG jadi Harapan Baru untuk Kelestarian Hutan Aceh dan Kawasan Ekosistem Leuser

74
0

 

NERACAONLINE – Sebuah terobosan baru terkait konservasi hutan dan produksi kelapa sawit yang bertanggung jawab telah dicapai dengan diluncurkannya secara resmi Aceh Sustainable Palm Oil Working Group (ASPOWG) pada tanggal 12-13 Agustus 2025. Inisiatif kolaboratif yang bertujuan untuk mentransformasi industri kelapa sawit Aceh ini menyatukan para perusahaan pembeli, pedagang, pemangku kepentingan lokal, dan pejabat pemerintah untuk memastikan produksi kelapa sawit yang bebas dari deforestasi, inklusif terhadap petani, dan berkelanjutan.

Peluncuran ASPOWG menandai tonggak penting upaya yang telah berlangsung selama bertahun-tahun untuk mengatasi dampak lingkungan dan sosial dari produksi kelapa sawit yang tidak berkelanjutan di Aceh, provinsi yang menjadi rumah bagi hutan hujan dataran rendah yang masih tersisa di Asia Tenggara, termasuk Kawasan Ekosistem Leuser yang sangat penting bagi dunia. Hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati ini telah lama terancam oleh deforestasi, dan degradasi lahan gambut yang disebabkan oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit.

Direktur Kebijakan Hutan Rainforest Action Network (RAN) Gemma Tillack menyatakan optimis terhadap potensi inisiatif ini. “RAN menyambut baik peluncuran Kelompok Kerja Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh sebagai langkah yang sangat dibutuhkan dan sudah lama ditunggu-tunggu untuk menghentikan dampak buruk dari ekspansi kelapa sawit di wilayah yang sangat penting ini. Inisiatif ini menawarkan harapan baru bagi Kawasan Ekosistem Leuser dan masyarakat yang bergantung padanya. Kunci keberhasilannya adalah implementasi nyata di lapangan, transparansi, dan tekanan yang berkelanjutan dari para pemangku kepentingan lokal dan konsumen global untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan,” katanya.

Inisiatif yang baru saja diluncurkan ini merupakan hasil dari advokasi, tekanan, dan kolaborasi selama bertahun-tahun. Para perusahaan pembeli minyak kelapa sawit raksasa seperti PepsiCo, Unilever, Mars, Mondelēz, Nestlé, Golden Agri Resources, Musim Mas, Apical dan Permata Group, semuanya telah berkomitmen untuk memastikan bahwa rantai pasok mereka bebas dari deforestasi dan mengikutsertakan para petani kecil yang mengelola lebih dari separuh lahan kelapa sawit di Aceh. Dengan koordinasi Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (Yayasan IDH), perusahaan-perusahaan tersebut saat ini bekerja untuk mendukung implementasi Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan Pemerintah Aceh, yang mencakup tujuan-tujuan utama untuk meningkatkan produktivitas petani, mencegah deforestasi, merestorasi hutan yang terdegradasi, menyelesaikan konflik lahan dengan masyarakat adat, dan memastikan rantai pasok yang lebih transparan.

ASPOWG adalah sebuah inisiatif sukarela yang akan membantu mempercepat implementasi peta jalan tersebut, dengan fokus untuk menghentikan deforestasi dan ekspansi kelapa sawit ilegal di kawasan-kawasan lindung seperti Suaka Margasatwa Rawa Singkil dengan lahan gambut terbesar dan paling kaya karbon di Asia Tenggara. SM Rawa Singkil teruh menghadapi ancaman pembukaan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit ilegal, sehingga pendekatan yurisdiksi yang kolaboratif menjadi sangat penting.

Meskipun peluncuran ASPOWG menunjukkan kemajuan yang signifikan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Komitmen industri yang berkelanjutan dan sistem pemantauan waktu nyata untuk mencegah deforestasi ilegal sangat penting untuk melindungi ekosistem di kawasan ini dan mendukung hak-hak masyarakat lokal dan Masyarakat Adat di Aceh. Unit manajemen program (PMU) yang telah dibentuk akan berada di garis depan dalam upaya ini, untuk memastikan prioritas-prioritas dalam peta jalan tersebut terpenuhi.

ASPOWG menandakan babak baru dalam upaya melindungi hutan Aceh dan Kawasan Ekosistem Leuser, tetapi pekerjaan ini masih jauh dari selesai. Transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi aktif dari merek-merek global, masyarakat lokal, organisasi masyarakat sipil, dan konsumen akan menentukan masa depan sektor kelapa sawit berkelanjutan di Aceh.

Artikulli paraprakJangkauan Makin Luas, Bayar QRIS di Jepang Bisa Pakai DANA
Artikulli tjetërIndonesia – Kanada Perkuat Kerjasama Ekonomi Bilateral

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini