NERACAONLINE – Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) menyelenggarakan Manulife Indonesia Pension Expo 2025 pada 11 November 2025, bertempat di Opus Grand Ballroom, The Tribrata Darmawangsa, Jakarta.
Acara yang diselenggarakan oleh DPLK Manulife Indonesia ini dikemas dengan interaktif melalui kehadiran expo, sesi penghargaan, serta diskusi lintas sektor. Lebih dari 340 peserta dari 200 perusahaan turut berpartisipasi, termasuk perwakilan dari Kementrian Keuangan, Dewan Jaminan Sosial Nasional, Asosiasi Industri Lembaga Keuangan serta para pemangku kepentingan lintas sektor lainnya.
Acara edukatif dan kolaboratif ini bertujuan untuk memperkuat kesiapan pensiun masyarakat Indonesia melalui dialog antar pemangku kepentingan utama, berbagi wawasan berbasis data, praktik terbaik, serta solusi terpadu di bidang pensiun, kesehatan dan keuangan. Acara ini juga bertujuan untuk membantu pekerja dan pemberi kerja dalam menghadapi masa transisi menuju pensiun dengan lebih percaya diri, berlandaskan tiga perisai utama kesiapan pensiun yaitu kesehatan, ketahanan finansial, dan keberlanjutan penghasilan.
Longevity: Perspektif Baru tentang Pensiun
Urgensi inisiatif ini ditegaskan oleh temuan dari Manulife Asia Care Survey 2025, yang menunjukkan perubahan cara pandang masyarakat Indonesia terhadap konsep umur panjang (longevity). Hasil survei mengatakan bahwa masyarakat sekarang tidak hanya berfokus pada usia yang lebih panjang, dengan 56% responden Indonesia kini mendefinisikan pensiun yang sejahtera sebagai kehidupan dengan kualitas yang lebih baik yang menekankan pada kebebasan finansial, kesejahteraan mental dan fisik, serta kemandirian.
Namun, kesadaran tersebut belum sepenuhnya tercermin dalam tingkat kesiapan finansial untuk pensiun. Meskipun 76% responden merasa sudah di jalur yang tepat dalam menyiapkan pensiun, hampir separuhnya mengakui hanya akan mampu bertahan kurang dari setahun tanpa bergantung pada pihak lain jika kehilangan penghasilan saat ini.
Menjembatani Kesenjangan Perlindungan Pensiun
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggarisbawahi besarnya tantangan serta masih rendahnya jangkauan program pensiun di Indonesia. Hingga Oktober 2025, dari total 144 juta angkatan kerja nasional, hanya sekitar 23,6 juta yang terdaftar dalam program pensiun aktif. Lebih mengkhawatirkan lagi, dari jumlah tersebut, yang tergabung dalam kepesertaan program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) hanya sekitar 1,23 juta orang, atau kurang dari 1% dari total angkatan kerja nasional.
Kesenjangan signifikan dalam kepesertaan program pensiun ini (di luar skema yang diwajibkan pemerintah) mendorong pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperluas akses, meningkatkan literasi keuangan, dan mengintegrasikan solusi pensiun ke dalam strategi kesejahteraan jangka panjang pekerja.
“Manulife Indonesia Pension Expo bukan sekadar forum, tetapi diharapkan menjadi katalis untuk aksi nyata,” ujar Lauren Sulistiawati, Presiden Direktur Manulife Indonesia. “Dengan mempertemukan individu, korporasi, pakar, dan pembuat kebijakan, kami ingin berkontribusi dalam membangun masa pensiun yang aman dan sejahtera bagi masyarakat Indonesia. Inisiatif ini merupakan langkah nyata kami untuk memberi literasi tentang ketahanan finansial para peserta sekaligus memperkuat ekosistem pensiun di Indonesia.”
Manulife Indonesia Pension Expo menampilkan berbagai strategi persiapan pensiun, mencakup beberapa topik mulai dari aspek kesehatan dan dana darurat hingga penghasilan berkelanjutan. Dalam ekosistem pensiun di Indonesia, terdapat tiga pilar utama yaitu, skema wajib, pesangon, serta iuran atau dana pensiun sukarela yang perlu berjalan selaras untuk menghadirkan perlindungan yang menyeluruh.
Memperkuat Perencanaan Pensiun dengan DPLK Manulife Indonesia
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Manulife Indonesia memegang peranan penting dalam ekosistem pensiun nasional. Sebagai penyedia program iuran pasti, DPLK Manulife Indonesia mendukung baik perusahaan maupun individu untuk merencanakan masa pensiun dengan disiplin dan pandangan jangka panjang, baik melalui skema perusahaan untuk karyawan maupun secara mandiri untuk individu.
Manulife Asia Care Survey 2025 juga mengungkap bahwa preferensi “cash is king” masih dominan, di mana 73% responden sangat mengandalkan uang tunai dan simpanan di bank, dengan porsi rata-rata mencakup 49% dari total kekayaan mereka. Fakta ini menegaskan perlunya penyegaran pola pikir dari sekadar “menabung” menjadi “merencanakan dan berinvestasi”.
DPLK Manulife mendorong perubahan tersebut dengan menyediakan solusi pensiun terstruktur yang meminimalkan risiko ketika penghasilan aktif berhenti, sehingga membantu individu menghadapi transisi menuju pensiun yang lebih sejahtera.





































